Profil

     Fauzi Ahmad dilahirkan pada tanggal 21 Mei 1993 di desa Teratak. Beliau adalah anak ke enam dari delapan bersaudara. Ayahnya bernama H. Ahmad Rusli Dt. Paduko Tuan dan ibunya bernama Nursjam, Wy. Beliau terlahir dari keluarga yang sederahana, ayahnya adalah seorang pegawai negara begitu juga dengan ibunya. Ayahnya bertugas dikantor bupati Kampar sedangkan ibunya bertugas dikantor Departemen Agama Kab. Kampar. Beliau menghabiskan masa kecilnya bersama saudara-saudaranya. Ditahun 1998 beliau mulai masuk ke sebuah taman kanak-kanak yang terletak didesa tetangga yaitu TK Aisyiyah Bustanul Athfal. Jarak rumah beliau ke TK tersebut sekitar 1 kilometer. Meskipun jarak tersebut terbilang jauh untuk ditempuh oleh anak seusia beliau pada saat itu, tapi beliau tetap menempuh jarak tersebut dengan jalan kaki sendirian menuju TK tersebut. Waktu pun terus bergulir menjalankan titah tuhannya untuk terus menggantikan masa, hingga tanpa disadari setahun sudah beliau menjalankan rutinitasnya selaku siswa taman kanak-kanak.

     Pada tahun pelajaran 1999/2000 beliau mulai menapaki jenjang pendidikan tingkat dasar. Sang orang tua memasukkan beliau di SD Negeri 023 Teratak (sekarang SD Negeri 001 Rumbio Jaya). Sekolah ini tak jauh dari rumah beliau karena SD ini terletak didalam dusun yang sama dengan tempat beliau tinggal. Beliau merasa senang dengan sekolah barunya ini. Disekolah ini beliau banyak menemukan teman-teman baru dan hal-hal baru.

     Namun apa hendak dikata, kesenangan baru itu diuji oleh yang maha kuasa. Setelah dua bulan lebih bersekolah disekolah dasar itu, beliau mendapat musibah yang sungguh dahsyat. Di tahun 1999 tepatnya di bulan Agustus, beliau bersama saudara tumpuannya (Musthafa Kamal Ahmad) mengalami kebakaran hebat didalam kamar tidurnya. Api berasal dari lampu minyak yang tumbang diatas springbad. Kebakaran kamar itu menyebabkan mereka berdua terperangkap dalam kobaran api yang begitu besar, dan mengharuskan mereka berdua harus dirawat di RSUD Bangkinang karena mengalami luka bakar yang sangat serius. Ayahnya pun juga masuk rumah sakit karena mendapat luka bakar pada saat mencari mereka berdua didalam kobaran api.

     Setelah 16 hari dirawat di RSUD Bangkinang, beliau dan ayahnya diperbolehkan pulang, sedangkan Musthafa Kamal Ahmad harus mendapat perawatan yang lebih karena luka bakar yang dideritanya lebih berat. Setelah keluar dari rumah sakit, keesokan harinya beliau langsung datang ke sekolah.

     Hari-hari pasca kebakaran adalah hari-hari yang sangat menyakitkan bagi beliau, sebab tak ada satu pun siswa yang mau berteman dengannya. Hingga akhirnya beliau pun menjalani hari-harinya sendirian, tanpa ditemani oleh seorang teman. Orang tuanya pun tak luput dari kesedihan, bahkan kesedihan itu dibalut dengan kekhawatiran yang teramat sangat. Orang tua beliau khawatir kalau anaknya mengalami gangguan otak.

     Sungguh kasih sayang allah senantiasa menaungi beliau dan saudaranya Mustahafa Kamal Ahmad, kekhawatiran itu akhirnya terbantahkan. Pada saat penerimaan rapor pertama pasca keluar dari rumah sakit beliau dan Abangnya menjadi sang juara kelas. Orang tuanya pun tersenyum gembira akan hal ini, hal yang dikhawatirkan tidak menjadi kenyataan.

     Selanjutnya hari demi hari dijalani, hingga satu per satu siswa pun sudah mau berteman dengan beliau. Sosok beliau yang dulunya bagaikan hantu dimata teman-temanya kini pun tidak lagi tampak begitu seram dimata mereka. Bahkan, luka bakar tidak lagi menjadi bahan ejekan bagi mereka terhadap beliau, justru bekas bakar yang ada ditangan dan wajahnya itu menjadi khas tersendiri beliau dimata para sahabatnya.

     Tahun 2003 Mustahafa Kamal Ahmad pun menamatkan diri dari SD Negeri 023 Teratak dan melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Daarun Nahdhah Thawalib Bangkinang, maka sejarah hidupnya dengan sang adik pun harus terpisahkan.

     Fauzi Ahmad pun tamat dari SD Negeri 023 Teratak pada tahun 2005. Setelah belajar enam tahun di tingkat dasar itu pun beliau memilih jalan yang berbeda dari sang Abang, beliau memilih melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 5 Kampar yang terletak didesa tetangga yaitu desa Pulau Payung. Beliau memutuskan hal ini dengan pertimbangan agar bisa membantu orang tuanya yang sudah tua. Pada saat itu, beliau memiliki kebiasaan menghabiskan hari-harinya dikebun bersama kedua orang tuanya, bahkan acara perpisahan MDA yang mana beliau ditunjuk menjadi protokol rela  beliau tinggalkan karena ingin pergi kekebun bersama orang tua. Begitulah senangnya hati beliau dalam berkebun. Maka dengan mantap beliau pun melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah yang terletak tidak jauh dari rumahnya.

     Tahun pelajaran 2005/2006 beliau masuk SMP Negeri 5 Kampar (sekarang SMP Negeri 1 Rumbio Jaya). Disekolah ini, prestasi demi prestasi terus diukir beliau. Ditahun pertama, beliau dipercayakan sebagai Koordinator HUMAS OSIS sekaligus sebagai juara bertahan dikelas VII A pada saat itu. Bekal prestasi dan pengalaman ditahun pertama mengantarkan beliau menjadi Wakil Ketua OSIS disekolah itu pada tahun kedua (2006/2007). Meski sudah mendapat tugas tambahan selaku siswa pilihan, dengan itu pun beliau tetap bisa mempertahankan prestasinya. Ditahun kedua ini beliau tetap mencatatkan nama sebagai juara kelas. Selanjutnya ditahun terakhir (2007/2008) di SMP, beliau kembali terpilih sebagai pengurus OSIS. Lewat musyawarah pembentukan panitia, beliau dipercayakan sebagai Koordinator Seksi Berbangsa dan Bernegara. Setelah tiga tahun menimba ilmu di sekolah menengah petama itu, maka beliau pun mengakhiri masa pendidikannya itu. Pada UN tahun pelajaran 2007/7008 beliau dinyatakan lulus.

     Tahun pelajaran 2008/2009 beliau memutuskan untuk mengikuti tes Penerimaan Siswa Baru (PSB) di SMA Negeri 2 Kampar (sekarang SMA Negeri 1 Kampar). SMA ini merupakan SMA favorit di kawasan DAPIL I (Kampar, Kampar Timur, Kampar Utara, Tambang dan Rumbio Jaya). Pada tahun itu SMA ini bakal menyeleksi 986 calon peserta didik yang akan menduduki 310 kursi. Alhamdulillah berkat rahmat Allah dan do’a orang tuanya, beliau berhasil bertengger diurutan ke-3 tes PSB tersebut. Dengan demikian, beliau berhak menduduki kursi SMA Negeri 2 Kampar.

     Setelah dinyatakan diterima di SMA Negeri 2 Kampar, beliau pun diharuskan mengikuti Masa Orintasi Siswa (MOS). Dalam MOS ini beliau termasuk dalam kompi satu pada saat itu. Meski tercatat sebagai peserta yang kurang diiiplin, tapi beliau berhasil mengakhiri MOS itu dengan gelar JUNIOR TERBAIK 2008 yang dipilih melalui seleksi. Dalam hati beliau mengatakan bahwa perjuangannya tidak boleh sampai disini saja, karena kedepan dia harus bisa berdiri kokoh ditengah ketatnya persaingan di SMA itu.

     Diawal masa SMA, pihak sekolah pun membagi kelompok belajar bagi siswa baru, dalam hal ini beliau mendapat tempat dikelas X1. Dalam kelas ini beliau pun mendapat posisi yang istimewa dari kawan-kawan lainnya, beliau ditunjuk untuk mengetuai anggota kelas yang berjumlah 41 orang. Dalam memimpin kelas itu, beliau mulai menampakkan jiwa kepemimpinan yang ada pada dirinya. Disisi lain, pada tahun itu juga beliau termasuk kedalam kandidat peserta pemilihan Ketua OSIS periode 2008/2009. Pada periode ini beliau ditugasi untuk menjadi Wakil Ketua OSIS. Pada saat menjadi wakil ketua OSIS ini tidak terlalu banyak yang bisa diperbuat beliau untuk orang banyak, karena berbagai hal yang menjadi penghalang. Bahkan, pada saat itu beliau dicap sebagai siswa yang paling banyak mengkritisi OSIS. Setelah enam bulan belajar di SMA Negeri 2 Kampar, maka masa pembagian rapor pun tiba. Pada semester pertama ini beliau termasuk kedalam barisan big-five, dengan demikian beliau kembali mendapatkan hak untuk menduduki kursi X1. Sebab, hasil belajar semester pertama adalah penentu bagi setiap siswa berhak atau tidaknya dia menduduki kursi kelas SSN (Sekolah Standar Nasional).

     Tahun pelajaran 2009/2010 adalah masanya siswa angkatan beliau untuk berkuasa, tapi siapakah diantara mereka yang bisa dijadikan pemimpin pada saat itu? Pada tahun ajaran ini yang akan menjadi ketua OSIS adalah siswa angkatan beliau, karena mereka telah menduduki kelas XI. Pada saat itu beliau duduk dikursi XI IPA 1. Tahun itu beliau diminta siswa-siswa untuk mengikuti tes bakal calon ketua OSIS. Namun sayang, beliau gagal dalam seleksi tahap pertama yaitu tes kemampuan berbicara. Hasil seleksi calon itu pun mendapat kritikan yang hebat dari berbagai kalangan, sebab mereka menilai beliau adalah orang yang sangat pandai dalam berkomunikasi dan berdiplomasi. Akhirnya beliau pun diluluskan dan maju sebagai calon ketua OSIS dengan nomor urut 3.

     Akhirnya beliau yang dinilai pembangkang pada periode 2008/2009 sekarang ikut bertanding untuk merebut kursi nomor 1 disekolah itu. Sosok beliau yang tampil apa adanya, yang selalu bersahaja mendapat nilai plus dimata siswa lain. Hingga akhirnya pemilihan ketua OSIS periode 2009/2010 berhasil dimenangkannya dengan unggul dua kali lipat  lebih dari saingannya yang menempati urutan kedua.

Tinggalkan komentar